Tuesday, November 8, 2011

Your social media is your self branding!

Siapa yang setuju sama pernyataan di atas? Gw personally, setuju banget!
Sebenarnya gw bukan Tiffatul Sembiring atau Roy Suryo yang "katanya" ahlinya soal beginian. Gw juga bukan orang yang ngerti banget sejak kapan social media memiliki peran yang begitu besar nya bagi pencitraan seseorang. But since my very first social media was Friendster, let's start from there.

Masih inget kan gimana kolom "testimonial" di Friendster benar-benar digunakan dalam fungsi sebenarnya? Masa-masa di mana elo berbalas "testi" dengan teman menggunakan mantra "isi testi gw dong, yang bagus-bagus yah! Ntar gw bales deh!". Well, I did. And I know most of you did. Ya kaaan? *nyari temen se-per ababilan*. Hahah! Testimonial dari teman-teman yang biasanya dimulai dengan "si anu itu orangnya..." dan mostly sudah melalui proses brief dan sortir terlebih dahulu itu pun bagian dari self branding. Dan tentu saja, profile picture menentukan segalanya! Semakin cantik atau ganteng fotonya, semakin banyak orang yang nge-add dan semakin banyak juga seri account nya. "Si Anu 1, 2, 3, 4, ....257". Kalau sudah lebih dari 10, itulah barometer "gaul" nya Friendster. Gw sih cuma sampe 4. Ahem. Hahah!

Bosan dengan Friendster orang-orang pun pelan-pelan mulai berpindah hati ke Facebook. Kalau dulu Friendster fenomenal dengan berbalas "Testi" nya, Facebook pun sempat fenomenal dengan berbalas "badge" nya. Dari mulai Lomo, Sushi, Fashion items, etc. Kalau FS punya "testimonial" FB punya "wall". Gak jauh berbeda sih yah sebenarnya. Mungkin sebagian orang mulai gerah dengan FS yang mulai terjangkit virus alay mengingat pada saat awal kemunculannya, FB masih berkesan eksklusif. Di sini, photo album lah yang memegang peranan penting bagi self branding. Semakin banyak album dengan title "Partayyy", "Blowfish" or "Sundazzee" maka semakin eksis lah seseorang itu dalam pergaulan (no offense asli! :p). Semakin banyak album dengan tittle "Me, Myself, and I" or "Self potrait" maka semakin narsis lah seseorang itu. Semakin banyak album dengan title "NEW ARRIVAL PO NOVEMBER" or "LATEST COLLECTION NIH SIST" maka waspadalah dengan random tag foto barang baru mereka. Dari baju, sepatu, tas, laptop sampai obat pelangsing. Pfft! This one is really annoying! Facebook was really fun until I saw Mangga Dua on my news feed, Sist! Oh, and when Facebook users are no longer using their real name and replaced it with theseee...Wait. Atau emang ini nama asli merekaaah? *kemplang orang tuanya satu-satu :))





AAAAAAK TIDAAAKK! :))))

Then we have Twitter. Twitter is SUPPOSED to be micro blog of 140 characters that turns out being an instant messenger for some or most of it's users. Gw sendiri join twitter sejak menggunakan BlackBerry which is approx 3 years ago. Seperti kebanyakan pemula, gw pun bingung mau post apa. Gak ada photo album nya nih? Apa asiknya sih baca-baca in status orang doang? Pikir gw saat itu. Namun setelah nemu asik nya, update twitter pun menjadi rutinitas wajib yang menyenangkan dengan frekuensi 5 menit sekali. Bahkan perpindahan tangan dari kiri ke kanan pun kalau bisa di update di twitter. Hahah. Sampai beberapa teman pun mulai protes karena timeline isi nya gueh semuaa :)) Nah, kalau social-social media sebelumnya menggunakan foto sebagai alat self branding utama, di twitter tulisan lo lah yang akan menjadi penentu pencitraan diri. Banyak orang yang menyebut nya dengan ungkapan "tweet mu harimau mu".

Kalau dipikir, how come your personality could be defined only by 140 characters? Tapi coba, berapa sering kalian menilai seseorang dari apa yang mereka tweet. Sering kan mendengar pernyataan macam "cantik sih, tapi tweet nya alay ah" or "lucu sih.. tapi masa cowo tweet galau terus sih?" dan sebagainya. Semakin banyak seseorang mention-mentionan sama orang "penting" maka dia pun juga akan dianggap penting. Semakin banyak followers, maka semakin "penting" juga dia. Orang dengan timeline yang penuh dengan RT-an tidak penting dianggap annoying, orang yang timeline nya penuh dengan keluhan dan sumpah serapah dianggap nyebelin dan pemarah, orang yang timeline nya penuh dengan  kegalauan dianggap lemah, orang yang timeline nya penuh dengan check-in 4square di tempat gaul yang ia datangi dianggap norak. Serba salah yah? Twitter pun bisa membuat orang yang tidak kita kenal secara personal mendadak berasa kenal akrab karena follow twitternya. Hal ini berlaku pada public figure atau SelebTweet yang kita follow. Waktu mereka galau, kita tau. Waktu mereka lagi makan siang, kita tau. Waktu mereka mau tidur pun, pamitan dulu sama kita. Akrab kan? :))

Pasti kalian juga pernah dengar beberapa artis yang masuk Infotainment hanya karena tweet yang dia post? Sebut saja Luna Maya yang sempat bermasalah dengan wartawan karena tweet doi yang gak enak or yang masih hangat Anji-dan-calon-istrinya-yang-gak-jadi-kawin-itu *doh, ketauan deh update infotainment nya :p* See? How 140 characters could affect what people think of you. Hebatnya, "self branding" dari Twitter ini pun dimanfaatkan oleh beberapa produk/brand sebagai alat branding mereka. Muncul lah fenomena tweet berbayar yang nyatanya malah di rasa lebih efektif sekarang. Gw pun pernah kena korban iklan lewat tweet berbayar loh! :p

Gw personally pun sering kali tanpa sengaja melakukan pencitraan diri di twitter. That's why sebelum bener-bener posting, gw baca dulu berkali-kali memastikan gak ada yg typo dan mengandung SARA yang sensitif. Gak mau dianggap annoying or nyebelin :p But for me, twitter is no longer fun since perkara follow/unfollow jadi begitu sensitif. Oh, dan setelah wabah "folbek eaaaa kakak" mulai menyebar. Hahah.

Courtesy of Valiant Budi




Sekali lagi gw bukan bermaksud menyinggung, menggurui or sok tau. It's purely my random thoughts. Anyway, folbek eaaaaa kakaaakkk! :))


Loves,


Andaw

No comments: