Selama ini, selain memang menjadi salah satu kurikulum pelajaran agama saat sekolah dulu, surat wasiat adalah hal yang hanya sering gw lihat di TV. Mulai dari acara sinetron yang menampilkan kisah drama perebutan surat wasiat, atau iklan asuransi jiwa yang menampilkan cerita tentang orang tua yang meninggalkan wasiat untuk anaknya sebelum meninggal. Gw sama sekali belum pernah liat bentuk nyata dari surat wasiat. Sampai hari ini..
Sebelum meninggalkan rumah dan berangkat ke Airport menuju tanah suci, Mama memanggil anak sulungnya ke kamar. Ya, anak sulung dari dua bersaudara itu saya. Setelah masuk kamar, Mama dengan mata merah dan sembab menunjukkan letak di mana beliau menyimpan barang-barang berharga nya. Gw yang belum mengerti tujuan utama dari nyokap menunjukkan semua itu pun cuma bisa nurut. Mama pun mulai menunjukkan barang-barang berharga tersebut yang ternyata emang tidak banyak. Itulah salah satu hal yg gw kagumi dari nyokap. Walaupun beliau sudah bisa menghasilkan uang sendiri yang bisa dibilang lebih dari cukup, beliau gak gunain itu untuk beli perhiasan atau gadget yg bisa menaikkan kelas sosial atau sekedar alat untuk ajang pamer ke teman-teman arisan. Semuanya dipakai untuk kesehatan anak dan keluarga nya. Setelah selesai menunjukkan letak semua barang berharga nyokap lanjut bilang, "di dalam laci ada surat wasiat buat kamu. Tolong di baca kalau nanti Mama sm Papa udah berangkat" What? Did I just heard "Wasiat"? Di otak gw pun spontan terlintas pemahaman gw tentang wasiat selama ini. Seperti memutar kembali apa yang pernah diajarin oleh guru agama di sekolah dulu, apa yang pernah gw liat di tv dan semua hal yang berkaitan dengan hal itu dan sampai pada kesimpulan.. Surat wasiat kan surat yang ditulis oleh orang sebelum meninggal? Wait.. Ini nyokap gw cuma mau naik haji kan? Mama cuma pergi selama 3 minggu dan akan balik ke Jakarta lagi kan? Pertanyaan itu terus muter di otak gw dalam hitungan detik. Mungkin ngeliat muka gw yang bingung nyokap pun menjelaskan "just in case Mama dan Papa gak pulang lagi..". God, air mata rasanya udah demo minta keluar berbondong-bondong dari mata. Tapi gw tahan dengan segala kekuatan mandraguna. No, not in front of her, batin gw. Gw pun segera ngabur ke kamar dan benar saja, sebelum berhasil masuk kamar, air mata udah tumpah ruah tak terbendung. Saat it gw mikir, NO! Gw gak akan buka surat itu. Wong, nyokap gw akan baik-baik saja di sana. Tapi kan ini amanah.. masa gw gak menjalankan amanah beliau? Yak. Peperangan bathin pun di mulai. Siapakah kira-kira pemenang nya? Yes, kubu kepo lah yang menang kali ini.. (and most of the time sih)
Sesampainya di rumah setelah nganter Mama dan Papa ke bandara, gw pun langsung lari ke kamar mereka dan mencari surat itu di laci tempat Mama menyimpannya. Gw inget terakhir kali ngerasain ini adalah saat dibagikan surat kelulusan saat sekolah dulu. Namun kali ini rasanya jauh lebih hebat.. Akhirnya kata demi kata yang ditulis di secarik kertas HVS A4 dengan tulisan tangan Mama yang khas dan diakhiri dengan tanda tangan beliau yang sering gw palsuin jaman sekolah dulu saking mudahnya pun selesai gw baca. Isinya jauh dari list harta kekayaan yang di wariskan untuk anak-anaknya seperti pemahaman gw soal surat wasiat melainkan penuh dengan petuah-petuah dan harapan seorang Ibu kepada anaknya yang justru lebih berharga dari harta itu sendiri. Jangan ditanya, air mata pun jatuh dengan murah nya bahkan di saat gw menulis post ini. Dan saat ini, seorang Gyanda yang tidak mempunyai pekerjaan tetap yang mungkin bahasa keren nya "Freelance" ini pun mengemban pekerjaan baru. Pekerjaan yang mungkin paling berat. Kepala keluarga..
Dear Mom and Dad, I still believe that you will be home again save and sound. And till the day come, I'm trying my best to do those things you've been wrote for me.
Loves,
Andaw
4 comments:
AAAAAA. GYANDA AKU SEDIH JUGAAKK :(
Huhu. Chille... :'(
aku jugaaakk :( perasaan kita sama kayanya cils. huaaa
*peluk chille kara se erat-erat nyah* Xx
Post a Comment